Minggu, 30 Januari 2011

Jatuh Cinta Bikin Lebih Pintar Menjalani aktivitas berikut ini bersama pasangan bisa membuat otak lebih encer.

VIVAnews - Tak hanya bermain puzzle atau mengisi TTS yang bisa membuat otak lebih encer, ternyata memiliki pasangan atau suami juga dapat membuat Anda lebih pintar. Selama ini Anda mungkin tidak menyadarinya atau tidak tahu caranya.

Untuk itu, ketahui taktiknya agar hubungan asmara bisa 'dimanfaatkan' untuk membuat Anda dan pasangan lebih pintar, seperti dilansir dari Reader's Digest.

1. Nikahi orang yang mirip dengan Anda
Penelitian Seattle Longitudinal melihat 169 pasangan dalam interval tujuh tahun antara 1956 dan 1984. Ditemukan bahwa hubungan paling stabil adalah mereka yang menikah dengan orang yang tidak jauh berbeda dengan dirinya, dalam hal kecerdasan, fleksibilitas sikap, tanggung jawab sosial, dan tingkat pendidikan.
Para peneliti juga menemukan bahwa setelah 14 tahun bersama, pasangan yang lebih baik dalam hal memahami bahasa verbal dan kefasihan lisan, berhasil menarik pasangannya yang memiliki fungsi "lebih rendah" menjadi sama seperti mereka.

2. Berpegangan tangan sesering mungkin
Berpegangan tangan dengan pasangan dapat menciptakan perasaan hangat dan tenang. Saat stres, cobalah berpegangan tangan erat dengan pasangan. Penelitian dengan pemindaian otak menemukan bahwa ketika wanita menikah diberikan sengatan listrik ringan, hanya dengan memegang tangan suami mereka, respon rasa sakit pada otak bisa berkurang.

Wanita yang memiliki hubungan stabil, ternyata mengalami penurunan kadar stres yang tinggi terkait aktivitas otak. Ini bisa membuat Anda menjadi lebih andal dalam berpikir.

3. Berciuman minimal sekali dalam sehari
Berciuman memicu pelepasan oksitosin yang membuat Anda dan pasangan jadi lebih dekat serta menurunkan hormon kortisol, pemicu stres. Para peneliti mengatakan bahwa ketika berciuman, kita secara otomatis mengaktifkan hampir setengah dari saraf kranial yang mempengaruhi fungsi otak.
Semua informasi sensori dari berciuman - aroma, kehangatan dan kelembutan bibir pasangan - langsung menuju otak dan mengaktifkan neuron dan membuat koneksi baru.

4. Pasang foto pasangan di meja kerja
Hasil pemindaian otak menunjukkan bahwa dengan melihat foto kekasih, terutama pada tahap awal hubungan, bisa mengaktifkan area otak yang berhubungan dengan kesenangan, penghargaan dan memfokuskan perhatian serta menciptakan dan motivasi. Sensasi pada otak ini sama dengan yang terjadi pada seorang pecandu kokain.

Lalu, ketika Anda berada dalam pergolakan cinta baru, korteks prefrontal Anda juga akan lebih aktif. Yaitu, dengan banyak berpikir untuk bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama dan merencanakan masa depan.

5. Berdua saja
Sebuah studi menemukan bahwa tekanan darah rata-rata lebih rendah ketika seseorang menghabiskan waktu bersama pasangannya daripada ketika mereka menghabiskan waktu sendiri atau dengan orang lain. Bahkan jika Anda tidak berbicara, hanya dengan menghabiskan waktu di ruangan yang sama. Seperti, membaca, menonton televisi, atau bermain internet.
Menghabiskan waktu berdua dengan pasangan membuat Anda lebih tenang dan membuat lebih mudah berpikir.

Kebebasan itu harus dilandasi dengan fondasi yang kuat, agar kita tidak roboh saat badai menerjang.. ;)

Kamis, 20 Januari 2011

April, BBM Dibatasi

Dok. TEMPO/Puspa Perwitasar

TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemerintah memastikan pembatasan penggunaan bahan bakar minyak bersubsidi dimulai akhir kuartal pertama tahun ini, yakni April mendatang. "Sesuai dengan yang sudah disepakati, yakni bulan April," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Darwin Zahedy Saleh dalam rapat kerja dengan Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta kemarin.

Menurut Darwin, keputusan ini sama dengan hasil kesepakatan dengan Dewan dalam rapat serupa akhir tahun lalu. Sejak keputusan pembatasan disepakati, pihaknya melakukan kajian mendalam sesuai dengan permintaan Dewan untuk mengurangi potensi penyimpangan. Kajian ini juga bertujuan meminimalkan kesalahan dalam pelaksanaan program pembatasan.

"Kajian dilakukan oleh lembaga independen untuk kesiapan pembatasan," kata Darwin. Lembaga yang terlibat adalah Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, dan Institut Teknologi Bandung, yang membentuk konsorsium.

Selain itu, Kementerian Energi membentuk lima kelompok kerja persiapan pengaturan BBM bersubsidi, yakni Kelompok Kerja Operasional (Pertamina), Kelompok Kerja Pengawasan (BPH Migas), Kelompok Kerja Sosialisasi (Kementerian Energi), Kelompok Kerja Hukum (Kementerian Energi), dan Kelompok Kerja Sosial Ekonomi (Bappenas).

Berdasarkan data Kementerian Energi, kesiapan persiapan operasional untuk depot dan tangki di wilayah Jakarta dan sekitarnya telah mencapai 75 persen. Diperkirakan bulan depan kesiapan depot dan tangki untuk bahan bakar nonsubsidi mencapai 100 persen. Sedangkan untuk stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) diperkirakan kesiapan mencapai 100 persen pada Maret mendatang. "Sekarang baru sekitar 75 persen," katanya.

Sejumlah SPBU di Surakarta, Jawa Tengah, misalnya mulai memasang papan penunjuk pembelian untuk memudahkan pembeli memilih bahan bakar nonsubsidi dan subsidi. "Agar kendaraan yang mau beli tidak salah masuk," kata pengawas SPBU Bhayangkara, Maryanto. Begitu juga SPBU Lor Beteng, Surakarta, yang mulai memasang papan penunjuk.

Menurut Darwin, untuk pengawasan, BPH Migas bersama Kementerian Energi telah menyiapkan pedoman pengawasan serta jadwal kerja tahap persiapan, pelaksanaan, dan monitoring. Pengawasan ini dilakukan melalui kerja sama dengan instansi yang terkait. Sedangkan sosialisasi sudah dimulai Januari ini agar stasiun pengisian lebih siap.

Adapun dari sisi kebijakan, kata Darwin, pemerintah telah menyelesaikan konsep instruksi Menteri Energi untuk persiapan pengaturan BBM bersubsidi. Selain itu, pihaknya masih melakukan diskusi untuk revisi Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2005 dan Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2006. Revisi peraturan ini diperkirakan rampung dua bulan mendatang.

Darwin mengatakan Bappenas sedang menyusun kebutuhan investasi untuk kebijakan pembatasan ini. Koordinasi dengan Pertamina dilakukan untuk mendapat gambaran tentang sumber pendanaan menjalankan kebijakan ini.